Foto, Ketua Umum GENPPARI Dede Farhan Aulawi yang turut hadir dalam suatu seminar
Pengujian Genetika Preimplantasi (PGT)., di Plaza Mutiara Jakarta, Rabu (15/1).
Jakarta, SpiritNews. com.- Dede Farham Aulawi, Ketua Umum GENPPARI, Setiap manusia mau tidak mau, siap ataupun tidak siap pada akhirnya pasti akan berguguran satu demi satu menghadap Tuhan yang telah menciptakannya.
Begitupun dengan pasangan keluarga yang menikah pasti berharap lahirnya keturunan yang sehat sehingga bisa menjadi generasi yang sehat dan penuh harapan.
Namun demikian tidak semua harapan tersebut bisa didapatkan oleh setiap orang, karena faktanya banyak yang menikah tetapi belum dikarunia keturunan.
Atau juga yang dikarunia keturunan, tetapi kondisinya kurang sehat. Faktor penyebabnya mungkin banyak, namun salah satu yang teridentifikasi mungkin karena ada kelainan genetis dari orang tuanya.
Untuk itu dipandang perlu melakukan langkah – ikhtiar untuk mencegahnya agar generasi yang akan datang tumbuh menjadi generasi yang tangguh, sehat, serdas dan sholih.
Terkait hal ini, ada teknologi yang sedang trend untuk mengatasinya yaitu apa yang disebut dengan Pengujian Genetika Preimplantasi (PGT).
Ketua Umum GENPPARI Dede Farhan Aulawi yang turut hadir dalam suatu seminar Pengujian Genetika Preimplantasi (PGT) mengatakan bahwa Tes Genetik Preimplantasi bertujuan untuk menyaring kelainan genetik dan meningkatkan peluang seseorang untuk hamil dengan baik dan memiliki bayi yang sehat bebas dari penyakit genetik dan gangguan kromosom.
Untuk itu dipandang perlu melakukan Preimplantation Genetic Testing yang digunakan bersamaan dengan perawatan IVF.
Hal ini juga dilakukan sebagai upaya untuk menghindari kemungkinan memiliki bayi dengan kondisi genetik seperti Sindrom Down atau kelainan kromosom yang dapat menyebabkan keguguran, seiring dengan bertambahnya usia wanita.
Atau bisa juga jika salah satu pasangan (suami/istri) membawa kelainan genetik, tentu ada risiko yang dapat tertularkan ke bayi atau memengaruhi kemampuan untuk hamil.
Selanjutnya Dede juga Menambahkan bahwa Pengujian Genetika Preimplantasi secara konsep dan praktek mampu menjadi solusi terhadap persoalan tersebut, yaitu mencegah penularan penyakit genetik dan kelainan kromosom.
Cara kerja dari Pengujian Genetika Preimplantasi ini adalah menyaring kondisi genetik dan memungkinkan untuk memilih embrio tersehat untuk implantasi.
Sementara bentuk tradisional IVF dapat menyebabkan kehamilan ganda, seperti kembar atau bahkan kembar tiga.
Preimplantation Genetic Testing memungkinkan untuk mentransfer satu embrio sehigga mampu membantu seorang wanita untuk mengandung satu anak saja. Ujar Dede.
“ Ada dua bentuk Pengujian Genetika Preimplantasi yang disebut Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) dan Preimplantation Genetic Screening (PGS).
Jika kita memiliki kondisi genetik yang diketahui seperti Thalassemia atau hemofilia, kita dapat mempertimbangkan PGD. PGD biasanya menggunakan teknik genetik tingkat lanjut yang disebut Karyomapping untuk memilih embrio yang bebas dari kelainan genetik sehingga dapat memiliki bayi yang sehat “, kata Dede menegaskan.
Terkait dengan skrining untuk Thalassemia, merupakan suatu kondisi darah yang serius di mana satu dari 20 orang Malaysia adalah pembawa.
Ketika kedua orang tua adalah carrier, ada 25% anak yang akan menderita Thalassemia mayor. PGD menghentikan gen Thalassemia dari yang diturunkan ke generasi berikutnya.
Skrining Genetika Preimplantasi melibatkan biopsi sejumlah kecil sel dari masing-masing embrio kita untuk menguji kelainan genetik menggunakan teknologi Next Generation Sequencing (NGS). NGS menyediakan penyaringan yang akurat dari semua 24 kromosom.
Ini adalah salah satu teknologi pengurutan tercepat yang tersedia, menjadikannya pilihan yang lebih murah tanpa mengurangi kualitas atau sensitivitas.
Thalassemia sesungguhnya sesuatu yang cukup menakutkan bagi mereka yang ingin memiliki keturunan (anak), misal jika diketahui "Codon-26 genetic mutation detected" tercatat di tes beta-thalessemia genotyping yang di lakukan oleh suatu institusi kesehatan.
Tes DNA genotyping tak akan pernah salah menurut Dr. Lim Lei Jun, SpOG seorang ahli di bidang Spesialis Fertilitas.
Didalam bahasa biasa, Spesialis Fertilitas adalah satu tingkat lebih tinggi dari SpOG. Ikut promil dengan spesialis fertilitas tentunya lebih tepat sasaran ketimbang promil dengan SpOG.
Jika suatu pasangan keduanya pembawa thalassemia, maka kemungkinan jika punya keturunan secara alami, anaknya akan terlahir sebagai thalassemia major, Thalassemia major adalah penyakit yang mematikan.
Mutasi gen suami di loci IVS1-5 dsn mutasi gen isteri Codon-26 merupsksn mutasi gen yang banyak terjadi di kalangan orang Malaysia dan Indonesia terutama yang berdarah dari rumpun Melayu.
Jadi ikhtiar melalui ICSI-PGD adalah satu-satunya cara untuk terus menghidupkan pengharapan agar benih cinta yang termanifestasi dalam wujud anak bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat.
Untuk itulah GENPPARI ingin turut serta melahirkan generasi yang sehat ini, dengan melakukan edukasi dan sosialisasi cara mengatasinya dengan benar.
Semoga seminar GENPPARI Peduli Generasi tadi bisa berjalan dengan lancar. Demikian diungkapkan oleh Ketua Umum Gerakan Nasional Pecinta pariwisata Indonesia, Dede Farhan Aulawi di Plaza Mutiara Jakarta, Rabu (15/1).
Narasumber seminar adalah DR. Eeson Sinthamoney seorang ahli Fertilitas (kesuburan) dari Sunfert International Fertility Centre di Kuala Lumpur, Malaysia. Beliau juga konsultan Ginekolog ternama di Asia, pembuat prosedur bedah reproduksi, baik Laparaskopi maupun histeroskopi, dan prosedur ginekologi lainnya.
In sya Alloh akan kita jalin kerjasama antara GENPPARI dengan Sunfert International Fertility Centre (SIFC) untuk mendatangkan beliau ke Jakarta / Bandung untuk berbagi ilmunya.
Keahlian beliau akan sangat bermanfaat bagi pasangan yang sudah lama ingin memiliki anak. Bahkan kalau ingin kehamilan 1 anak atau 2 anak (kembar) pun bisa diatur dengan teknologi rekayasa kehamilan.