-->

SPIRITNEWS BERITANYA: LUGAS, JUJUR DAN DAPAT DIPERCAYA

**** SPIRITNEWS "AYO KITA MEMILIH PEMIMPIN YANG PEDULI KEPENTINGAN RAKYAT DAN YANG MENGUTAMAKAN KEBUTUHAN RAKYAT , " ****
Keberhasilan Anak Yatim Sejak Usia 8 Tahun, Hikmawan Buruh Gudang Tani Asal TakalarJalani Pendidikan Polisi di SPN Polda Sulsel
Keberhasilan Anak Yatim Sejak Usia 8 Tahun, Hikmawan Buruh Gudang Tani Asal TakalarJalani Pendidikan Polisi di SPN Polda Sulsel

Keberhasilan Anak Yatim Sejak Usia 8 Tahun, Hikmawan Buruh Gudang Tani Asal TakalarJalani Pendidikan Polisi di SPN Polda Sulsel

Foto.- Hikmawansa Anak Yatim dan aktivitas kesehariannya, buruh gudang tani asal Takalar saat ini jadi Siswa Polisi dan menjalani Pendidikan di SPN Batua, Polda Sulsel.

MAKASSAR SPIRITNEWS.- Wawan salah satu siswa yang menjalani pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulsel, di Jalan Urip Sumiardjo, Makassar, saat ditemui Pada hari Senin Pagi Tanggal 29/5/2023.

Inilah ucapan Wawan Alhamdulillah, karena berkat doa ibu saya, saya bisa seperti sekarang ini," ucap N Hikmawansa dengan nada lirih.

Pemuda asal Galesong, Kabupaten Takalar itu, saat ini menjalani pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua.

Sudah empat bulan lebih, ia bersama 286 siswa lainnya ditempa di sekolah kedinasan yang di Jl Urip Sumoharjo, Kota Makassar, itu.

Jika tidak ada arang melintang, Wawan begitu ia disapa, bakal dilantik sebagai anggota Polri pada 6 Juli 2023 mendatang.

Tentu tidak mudah bagi Wawan untuk dapat lolos menjadi abdi negara di Kepolisian.

Ada banyak tantangan dan rintangan yang perlu dilalui dengan semangat dan kegigihan. Mulai dari mendaftar hingga dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti pendidikan selama lima bulan lamanya.

Wawan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Nawir Dg Nai dan Juliati.

Kedua orang tuanya hanya petani padi yang hidup sederhana di kecamatan asal pejuang Karaeng Galesong itu.

Di tengah kesederhanaan itu, hari-hari Wawan dibentuk untuk hidup gigih dan tekun.

Terlebih sang ayah Nawir Dg Nai, telah meninggal dunia sejak Wawan masih berumur sembilan tahun.

Saat itu, Wawan yang duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar harus diperhadapkan pada kenyataan pahit.Ayah yang menjadi idola hidupnya telah pergi untuk selama-lamanya.

Kepergian sang ayah itu, pun kian membuatnya sedih saat pertama kali menginjakkan kaki di SPN Batua.

Di saat siswa lain diantar sang ayah, Wawan harus tegar masuk sekolah kedinasan tanpa sang ayah.

itu, saya menangis karena (siswa) yang lain diantar sama bapaknya waktu pertama masuk di sini (SPN), sementara saya hanya ditemani kakak," ucap Wawan ditemui saat selah latihan di SPN Batua, Senin (28/5/2023) pagi.

Sepeninggal sang ayah, Wawan tumbuh menjadi remaja harus membantu sang ibu yang saat itu menyambung hidup dengan berjualan kue-kue tradisional.

Hal itu demi dilakukan demi menopang kebutuhan keluarga.

Terlebih disaat yang sama, kedua kakak Wawan, Nur Umriani dan Nur Hikmah Nawir sedang kuliah.

"Jadi saat itu, setelah bapak saya meninggal, ibu saya jualan kue untuk kebutuhan keluarga, saya juga ikut bantu-bantu jualan," ucapnya.

Hari-hari penuh perjuangan itu, dijalani Wawan dan ibunya hingga tamat sekolah menengah pertama (SMP).

Saat menginjak bangku sekolah menengah atas (SMA), dua kakak Wawan yang sudah bergelar sarjana diterima menjadi guru honorer.

Kebetuhan keluarga pun banyak dibantu oleh pendapatan dari sang kakak.

Duduk di bangku kelas dua SMA, Wawan yang bercita-cita sejak kecil menjadi polisi, pun mulai menabung.

Sepulang sekolah, Wawan nyambi jadi buruh angkut bibit jagung di salah satu gudang yang juga masih milik kerabatnya.

Setiap kali menjadi buruh angkut, ia mendapatkan upah Rp 50 ribu.

"Sampai sekarang masih ada itu celenganku, dari toples wafer. Pulang angkat jagung biasa dapat Rp 50 ribu," ujar Wawan.

Hasil tabungan dari celengan toples wafer itu, pun dibuka Wawan saat mendaftar sebagai calon Anggota Polri.

Hasil tabungannya itu digunakan demi biaya operasional saat mengurus berkas pendaftaran.

Begitu juga untuk biaya transportasi dari rumahnya ke kantor Polres Takalar hingga Polda Sulsel.

"Alhamdulillah pas saya buka waktu mau mendaftar ada Rp 2 juta lebih isinya, itulah yang saya pakai untuk urus-urus berkas," ucapnya.

Di sela pendidikan, Wawan tak kuasa menahan tangis takkala mendengar sang ibu terbaring sakit di rumah.

Beruntung, setelah tiga hari sang ibu terbaring sakit dengan selang infus di tangan, kondisi Juliati kembali membaik.

Saya kemarin sempat sedih, karena dapat kabar mamakku di kampung sakit dan diinfus tiga hari. Alhamdulillah sekarang sudah baikan," sebutnya.

Di sela pendidikan itu, Wawan diperbolehkan menjenguk kondisi sang ibu di kampung halamannya.

Tentu dengan pendampingan dari pengasuh atau pelatih dari SPN Batua.

Sontak sang ibu, Juliati tak kuasa menahan tangis saat melihat putranya tiba di rumah dengan berseragam siswa SPN Batua.

"Adako nak," ucap Juliati dengan suara terisak sembari memeluk Wawan.

Kesaksian Juliati, putranya itu memang memang punya tekad kuat menjadi polisi.

Meski ditinggal sang ayah saat masih SD, tidak menyurutkan niat Wawan untuk menggapai cita-citanya.

"Itu hari sempat disuruh saja kuliah dulu, ambil jurusan olahraga, tapi dia (Wawan) bilang mauka jadi polisi," kata Juliati.

Juliati kala itu, pun takkuasa menahan tangis saat melepas putranya dari rumah menuju SPN Batua setelah dinyatakan lolos.

"Dalam hati saya, kodong (kasihan) anakku, tidak adami bapaknya dampingi," ucap Juliat

Sebelum beranjak kembali ke barak SPN Batua, Wawan menyempatkan diri berziarah ke makam ayahnya, Nawir Dg Nai.

Di depan pusara sang ayah, Wawan berurai air mata memanjat doa terbaik untuknya.

"Andaikan bapak saya masih ada, saya yakin dia bangga lihat saya seperti sekarang ini," tuturnya.(*/rilis).

Baca juga:

Admin
Fusce justo lacus, sagittis vel enim vitae, euismod adipiscing ligula. Maecenas cursus gravida quam a auctor. Etiam vestibulum nulla id diam consectetur condimentum.