SPIRITNEWS BANDUNG.- “ Peristiwa hilang kontaknya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Bali menyedot perhatian seluruh media dan masyarakat Indonesia.
Pemerintah dengan sigap mengerahkan seluruh kekuatan dalam upaya untuk melakukan pencarian dan pertolongan. Prioritasnya sebagaimana disampaikan oleh Presiden RI adalah keselamatan 53 awak yang berada didalamnya.
Kita semua tentu merasa prihatin dengan kejadian ini dan sekaligus berdo’a semoga Allah SWT memberi perlindungan dan keselamatan kepada seluruh awak baik sedang berada di KRI Nanggala 402 maupun awak yang sedang melakukan pencarian dan pertolongan “, ujar Pemerhati Teknologi Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (23/4).
Kapal selam milik TNI Angkatan Laut tersebut merupakan kapal pabrikan Jerman yang sudah cukup tua. Dibuat oleh industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel, Jerman Barat tahun 1981 tipe U-209/1300.
Kapal itu memiliki berat 1.395 ton, dengan panjang 59,5 meter dan lebar 6,3 meter, dan dilengkapi dengan persenjataan Torpedo jenis SUT. Memiliki 4 mesin diesel elektrik dan dapat melaju sekitar 25 knot atau 40 kilometer per jam, serta memiliki kecepatan di permukaan 11 knot atau 20 kilometer per jam.
Pada bagian sensornya mempunyai sonar jenis CSU-3-2 Suite yang dapat melacak setiap benda bergerak yang berada di sekitar kapal selam.
Lebih lanjut Dede juga menjelaskan bahwa dalam upaya pencarian dan pertolongan terhadap 53 orang awak kapal ini, Indonesia telah meminta bantuan Singapura untuk melakukan penyelamatan dengan mengerahkan kapal penyelamat kapal selam, MV Swift Rescue.
Termasuk melibatkan tim medis jika perawatan medis diperlukan dalam proses evakuasi.
MV Swift Rescue diperkirakan akan tiba di perairan Bali pada hari Sabtu tanggal 24 April 2021.
Di samping negara Singapura, negara tetangga lainnya seperti Malaysia juga dikabarkan akan turut membantu dengan mengirimkan kapal Megabakti untuk membantu pencarian.
Begitupun dengan negara tetangga lainnya seperti Australia yang telah menyatakan siap mengerahkan personel dan kapal untuk membantu pencarian. Ujar Dede.
Kemudian Dede juga menambahkan bahwa kapal MV Swift Rescue yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Singapura memiliki kapal penyelamat submersible Deep Search and Rescue Six (DSAR 6).
DSAR 6 ini dapat diluncurkan dari kapal induk MV Swift Rescue yang mampu menyelam hingga ratusan meter.
Bentuknya seperti kapsul yang mampu menyelam hingga ratusan meter dan terhubung dengan kapal selam yang tenggelam.
Kapal kapsul itu kemudian dapat menempelkan badannya ke kapal selam yang tenggelam untuk menyelamatkan awak kapal yang terjebak dalam kapal selam tersebut, kemudian akan membawa mereka kembali ke kapal induk. Dioperasikan oleh dua awak dan dapat menampung maksimal 17 orang.
Di samping kemampuannya dalam membawa kapal penyelamat submersible DSAR 6, kapal MV Swift Rescue juga dilengkapi teknologi yang dapat digunakan dalam membantu evakuasi, seperti sistem Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk menemukan dan melihat lokasi pasti dari kapal selam yang karam.
Juga dilengkapi dengan ruang perawatan hiperbarik dan dek helikopter, termasuk fasilitas perawatan darurat dan evakuasi.
Ada juga ruang dekompresi yang cukup untuk menampung sebanyak 40 orang.
Bahkan dilengkapi dengan helipad untuk memudahkan evakuasi korban ke rumah sakit terdekat jika dipandang perlu pengoperasian unit helikopter. Termasuk dua perahu penyelamat tertutup dan kapal penyelamat cepat.
“ Mudah – mudahan semua usaha bersama ini diberi kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan tugas kemanusiaan ini. Dan juga kita berharap agar semua awak bisa ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat serta bisa kembali ke tengah keluarganya masing – masing “, pungkas Dede.(*/red).